SDN Dinoyo 1 "Berartefak Heritage" # (Bag. 1)
Sumber Ajar Kang Cumepak: Pemanfaatan Sumber Pembelajaran Budaya di Sekitar Sekolah
Oleh : M. Dwi Cahyono
A Sekolah Berartefak Heritage
Ada sebutan dalam bahasa Jawa, yaitu "cumepak", dalam arti :apa yang nyata tersedia dan berguna di sekitar kita. Yang cumepak itu bisa berkenaan dengan pembelajaran, semisal "sumber belajar". Bisa jadi, yang ada di sekitar itu tak disadari, tak difahami atau tak dikalkulasi bahwa di dalamnya terdapat informasi berharga bagi pembelajaran siswa. Sumber ajar yang cumepak demikian itu dimiliki oleh SDN Dinoyo I Kota Malang, yang pada halaman sekolahnya terdapat sejumlah tinggalan budaya masa lampau dari masa Hindu-Buddha. Sebenarnya, sumber ajar itu bukan benda yang kecil ukurannya dan jumlahnya lebih dari satu. Namun, hingga berpuluh tahun tinggalan budaya tersebut seakan lepas perhatian, tidak dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Sampai pada akhirnya, sebulan terakhir, pihak sekolah tergerak untuk menjadikannya sebagai "sumber belajar" bagi literasi budaya para siswa. Suatu sasaran yang patut diapresiasi dan diteladani sekolah lain.
SDN Dinoyo 1 yang konon merupakan Sekolah Rakyat (SR, sebutan lama untuk SD) bernama "SR Gadjayana" adalah suatu sekolah yang pada halamannya memiliki sejumlah tinggalan budaya masa lalu. Menariknya, ada indikasi bahwa artefak masa Hindu-Budha yang ada di halaman sekolahnya tersebut berasal dari era Kerajaan Kanjuruhan -- sesuai dengan nama lamanya. Dahulu ada kenampakkan unik di sekolah ini, dimana tiang bendera ditegakkan di dalam lobang Yoni. Kini Yoni itu menjadi benda koleksi Museum Mpu Purwa Kota Malang bersama sebuah lumpang batu (stone mortar besar). Meski beberapa artefak purba dari sekolah ini telah di relokasi ke museum daerah, namun masih ada yang tertinggal di halaman sekolahnya, yaitu dua buah Yoni, berukuran besar dan sedang.
Dua buah Yoni yang masih tersisa itu berada di halaman sempit (sekitar 1,5 X 5 meter), diapit oleh Ruang Kepala Sekolah dan pagar sekolah sisi selatan. Artefak itu tidak begitu tampak, karena terhalang pandang oleh Pos Satpam. Letak aslinya memang di situ. Jadi, insitu, walau Yoni besar mengalami perubahan arah. Semula, cerat Yoni besar tersebut mengarah ke utara, dan kini berubah arah ke timur lantaran pernah dicoba -- namun gagal -- untuk direlisi dengen mendereknya, bahkan salah satu pojok atasnya rompal kesenggol kendaraan berat. Meski berubah arah, namun syukurlah hampir tak bergeser dari tempat asalnya. Adapun Yoni yang berukuran sedang, dalam beberapa tahun nyaris permukaannya terpendam oleh tanah urug peninggi halaman sekolah setinggi sekitar 40 cm. Beruntung permukaan atasnya masih sempat terlihat ketika melakukan penggalian tanah di sekitar Yoni yang besar. Potensi heritage di halaman sekolah lebih terkuak, ketika pada beberapa tahun lalu sempat diketemukan perhiasan dari perunggu, yakni sebuah anting-anting (Kendall) dan gelang (kankana) waktu penggalian fondasi bangunan baru di pojok utara-barat halaman sekolah.
B. Ada Jejak Candi di Halaman Sekolah
Adanya tinggalan budaya masa lalu di halaman SDN Dinoyo 1 itu mengindikasikan bahwa ada jejak candi di area sekolah. Yoni adalah suatu perangkat upacara dalam "puja luar (arcana)", yang berlatar religi Hindu Siwa. Lengkapnya, Yoni berpasang dengan Lingga, yakni Lingga dipasang tegak menancap pada lobang Yoni, yang menggabarkan kesatuan (unity) unsur (1) maskulin, yakni Lingga, simbol kedewataan dari Siswa, dan (2) feminin, yakni Yoni, simbol kedayaan Uma (Parwati) -- sebagai istri (sakti) dari Dewa Siwa. Penyatuan keduanya hadirkan kekuatan spiritualitas yang tertinggi, antara lain kekuatan penyubur (fertility).
Pada Candi berlatar religi Hindu sekte Siwa, Lingga-Yoni di tempatkan di dalam bilik utama (garbagrha --> garba = perut, greha = rumah), yang tempat keberadaannya kadang digantikan oleh arca Siwa Mahadewa. Relying atau bilik- bilik lainnya diistilahi dengan (a) arca Durga Mahisasuramardhini di utara, (b) arca Ganesya di belakang, (c) arca Rsi Agastya, atau Siwa Mahaguru -- disebut juga "Siwa Mahayogin" di selatan, (d) arca Siwa Nandiswara di sisi depan kanan penampul, dan (e) arca Siwa Maharaja di sisi depan kanan. Dalam konteks ini, simbol Lingga-Yoni merupakan salah sebuah unsur kedewataan yang terkaitdengan dengan Siwa Family, yang terdiri atas Siwa, istrinya --> Durga, anaknya --> Ganesya, pe-bhakta atau murid (sisya)-nya --> Agastya, aspeknya -> Mahakala, Nandiswara, Mahadewa ataupun Mahaguru/Mahayogin. Selain hadir dalam sebagai suatu pantheonisme (sistem kedewataan) seperti itu, Lingga-Yoni bisa juga di tempat kan sendirian di suatu bangunan suci dalam fungsi khusus, misalnya terkait dengan fungsi kesuburan.
Kederadaan Yoni, khususnya yang berukuran besar Dan relatif masih insitu (ditempat asal), memberi indikasi akan adanya bangunan candi Hindu-Siwa yang lokasinya di Sebelah selatan dan sebagian di bawah ruang kepala sekolah, serta sebagian lagi masuk halaman sisi timur- selatan Tandon Air PDAM Kota Malang. Kurang jelas ke arah mana candi initiative menghadap. Namun, bila membandingkannya dengan Candi Badut Dan Candi Gasek (Karangbesuki) yang dimungkinkan sezaman denganya, reruntuhan candi ini bisa jadi juga menghadap ke barat, dengan keberadaan ranges candi di bawah permukaan tanah yang masuk area Tandon Air. Menilik Ukuran Yoni-nya yang terbilang besar, sebesar yang terdapat di Candi Badut, boleh jadi ukurannya relatif sama besar. Titik tengah bangunan candi tersebut adalah pada tempat keberadaan Yoni besar itu. Komponen Candi bagian bawah, yaitu kaki (basement), natural (soubasenent) beserta tangga candi sangat mungkin mini berada di bawah permukaan tanah, dengan prakiraan bahwa permukaan tanah yang sexual melereng ke arah utara dari titik tengah jalan raya -- yang membentuk bujur pungungan tanah. Ada proses penimpunan secara berangsur-angsurcdalam kurun wants legit dari satu milenium.
Pada umumnya tak jauh dari lokasi bangunan sebuah candi terdapat sumber air, dari mana air suci (tirtha) padanya digunakan untuk awali dan ketika ritus upacara itu dilangsungkan. Sumber stay visa jadi kolam air suci itu berada adalah apa yang sekarang menjadi Tandon Air PDAM. Ada pula kemungkinan, sejumlah arca Hindu yang dahulu pernah diketemukan ketika penmbangunan gedung di areal Universitas Islam Malang (Unisma) berasal atau berkait dengan Candi Hindu di halaman SDN Dinoyo 1 itu. Pernah pula dijumpai adanya arca batu dan struktur bata di SDN Telogomas yang berada di barat Tandon Air. Tergambar bahwa area SDN Dinoyo 1 dan sekitarnya kaya tinggalan budaya masa lampau dari Nasa Hindu-Byddha Hal itu bisa di fahami, lantaran daerah antara Dinoyo -
Telogomas - Merjosari, yang berada di apitan dua kali suci, yaitu Bhangawan Brantas dan Kali Metro, pernah menjadi pusat dari watak (watek) Kanuruhan antara medio abad IX s d. XV Masehi.
Tidak ada komentar